GONJANG ganjing siapa bakal calon Presiden RI mendatang masih terus bergulir. Walaupun masa Pemilu Presiden masih lama, namun beberapa partai sudah mulai mengapungkan nama calon yang mereka unggulkan.
Kondisi ini juga membuat nuansa politik mulai memanas. Satu sama lain kandidat tampaknya masih berusaha menumbuhkan pencitraannya masing-masing di tengah masyarakat. Isu-isu politik hitampun terus mewarnai pesta demokrasi yang akan dilaksanakan tahun 2014 mendatang
 |
| DR. HM Azwir Dainy Tara |
Aburizal Bakri misalnya. Namanya sudah disebut Partai Golkar yang ia pimpin untuk menjadi bakal calon ‘Indonesia Satu’ pada 2014-2019. Namun dia terus saja mendapat ‘goyangan’. Mantan Menko Perekonomian ini dituduh sebagai biang semburan lumpur Sidoarjo. Benarkah demikian?
Dalam berbagai literatur dan buku-buku serta diperkuat dengan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap atau inkracht dari pengadilan terkait Lumpur Sidoarjo, bahwa semburan lumpur panas Sidoarjo disebabkan fenomena alam. Baik secara perdata maupun pidana, semua tuduhan itu ternyata tidak terbukti.
HM Azwir Dainy Tara, fungsionaris Pusat Partai Golkar meminta agar semua pihak dapat berpikir secara yuridis proporsional, jernih dan tidak memaksakan untuk mengadili serta menyudutkan perusahaan dan keluarga besar Bakrie dalam kasus lumpur panas Sidoarjo hanya atas dasar ilusi-ilusi politis yang tidak adil bahkan menyesatkan.
Negara Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi tritunggal (triad) gagasan tentang hukum (the idea of law) yaitu kepastian hukum (legal certainty), keadilan (justice) dan kemanfaatan (utility)-(radbruch, 1932).
Semburan Lumpur Sidoarjo Fenomena Alam
Bukankah semburan lumpur Sidoarjo telah dinyatakan sebagai fenomena alam. Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H., mantan Ketua Mahkamah Konstitusi dalam bukunya “Hukum Tata Negara Darurat” (2007) juga menyebutkan bahwa semburan lumpur panas merupakan bencana alam yang akhirnya memang terbukti setelah melewati proses hukum baik perdata ataupun pidana. Bencana itu memang menimbulkan banyak korban harta dan lingkungan dengan segala dampak sosialnya.
Namun demikian, ujar anggota Komisi VII DPR-RI ini, bukan berarti keluarga Aburizal Bakrie lepas tangan. Mantan Menko Kesra RI itu bukan pengusaha yang tak beretika. Bahkan dia tak keberatan mengeluarkan uang keluarga Bakrie triliunan rupiah untuk urusan penanganan sosial lumpur Sidoarjo. Jangankan untuk musibah lumpur Sidoarjo, Ical juga suka sekali membantu masyarakat yang membutuhkan.
Aburizal Bakrie beserta keluarganya sangat peduli dengan masalah sosial, termasuk persoalan lumpur di Sidoarjo. Ical, panggilan Aburizal Bakrie, sangat santun kepada orangtua dan selalu menerima saran demi kebaikan.
Pesan bunda adalah “perintah”
Ada pesan bundanya yang dia patuhi sebelum persoalan lumpur panas Sidoarjo dibawa ke ranah hukum. “Kalah atau menang di pengadilan, kalian harus membantu masyarakat terdampak lumpur Sidoarjo. Mereka butuh bantuan kalian. Salah atau tidak salah kalian, bagilah rezeki yang kalian terima dari Allah kepada mereka,” ujar ibunda Ical kala itu.
Itulah “perintah” ibundanya Roosniah Bakrie untuk Ical, Roosmania, Nirwan Dermawan dan Indra Usmansyah setelah lumpur Sidoarjo menyembur.
Bagi Ketua Umum DPP Partai Golkar ini, pesan itu adalah perintah yang tak bisa ditolak. Semuanya dia turuti, meski secara hukum bukanlah tanggungjawab mereka. Apalagi dalam struktur kontraktor pelaksananya nama Ical tidak ada.
Namun demikian hujatan terus saja terjadi, termasuk kepada seluruh keluarganya. Setelah namanya disebut untuk menjadi Calon Presiden RI periode 2014-2019, hujatan semakin menggelinding. Momen musibah lumpur Sidoarjo justru dijadikan isu politik negatif menjatuhkan Partai Golkar. Rakyat Indonesia bukan lagi orang bodoh. Isu itu justru nenambah popularitas Aburizal Bakrie di tengah masyarakat.
Golkar harus selamatkan bangsa
Partai Golkar, sebut Azwir, bukan partai ‘serakah’. Partai berlambang beringin sudah berpengalaman mengurusi negara dan terus berbuat untuk masyarakat. Partai Golkar ingin mengembalikan khittah bangsa Indonesia yang sedang terpuruk saat ini.
Korupsi marak dimana-mana. Setiap hari muncul di layar kaca para koruptor yang mulai tertangkap satu persatu. KPK tentu akan terus menelusuri para ‘kucing air’ itu. Lagak mereka ke masyarakat menyatakan “korupsi No”, tetapi ternyata dia adalah kuciang aia yang terus saja menggerogoti dana negara.
Masih banyak lagi para petinggi partai tertentu dan pejabat yang sedang diincar KPK. “Kita semua berharap agar borok-borok itu terkuak semua,” kata Azwir.
Salah menempatkan kader?
Terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme adalah akibat cenderung salah dalam menetapkan kader, baik di eksekutif maupun legislatif. Sosok pemimpin itu harus mapan secara finansial maupun pengalaman agar tidak terjadi bak pepatah minang awak haus niro disandang. Artinya, belum mapan finansial tapi sudah mengurusi dana yang begitu besar. Mana mungkin tak akan terpakai.
Diperparah lagi oleh akibat minimnya pengalaman, dia tak tahu cara mengurusinya, namun karena memiliki kekuasaan dan terkarbit jadi pemimpin. Belum lagi akhlak dan budi pekerti sangat menentukan dalam tatanan kehidupan agar tak serakah. “Itulah yang terjadi saat ini sebagai akar munculnya budaya korupsi di negara ini,” kata Azwir Dainy Tara.
Kondisi itu tak bisa dibiarkan berlarut larut. Rakyat ini akan menjadi lebih sengsara jika tak segera diperbaiki.
Partai Golkar harus bertindak dan berbuat. Bangsa ini harus diselamatkan. Membangun bangsa harus telaten, tegas dan cepat. Semua hanya bisa dilakukan oleh sosok yang memiliki finansial dan berpengalaman. “Jangan serahkan suatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, jika bukan dikerjakan oleh ahlinya maka tunggu saja kehancuran,” ujar Azwir Dainy Tara yang telah 3 kali berturut turut terpilih menjadi anggota DPR-RI.
Kaya finansial dan pengalaman
Bagi Ical, jika Allah mengizinkan dia menjadi presiden yang didukung rakyat Indonesia, finansial bukan lagi tujuannya. Ical termasuk orang terkaya di Asean. Pengalamannya juga tak diragukan lagi.
Dia memiliki manajemen handal, sehingga usaha peninggalan keluarga berkembang pesat. Bahkan Ical sukses mengemban amanah sebagai Menko Kesra. Justru itulah Aburizal Bakrie pantas menjadi Presiden Indonesia. “Semoga harapan ini tercapai,” kata Azwir mengakhiri. (adv)
(Diterbitkan di Singgalang edisi Senin 18 Juni 2012 pada halaman A-12)