Lions Club International Foundation (LCIF) berupaya
menunjukkan kepeduliannya kepada para tuna netra. Penyandang cacat netra dari
Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Padang, Yayasan Penyelenggara Pendidikan
Luar Biasa (YPPLB) Lima Puluh Kota dan alumni PSBN diberikan bantuan tongkat
oleh Kepala Daerah Lions Club Padang, Maria Adriana.
“Pemberian bantuan ini dalam rangka memeriahkan hari tongkat
putih sedunia. Hari ini secara serentak diserahkan 2.150 tongkat putih, 6 set
Al-Quran Braille dan 200 alarm talking clock kepada para netra pada lima kota
di Indonesia. Khusus Padang dialokasikan 150 tongkat. 50 untuk PSBN, 60 untuk
alumni dan sebanyak 40 tongkat bagi YPPLB,” ujar Maria Adriana, Senin (15/10)
di Hotel Mariani Padang.
Menurut Maria, kepedulian Lions Club karena merasa
terpanggil sekaligus tertantang untuk membantu para netra. Salah satunya lewat
tongkat putih. Sehingga tiap tahun 15 Oktober dijadikan hari tongkat putih
(White Cane Day).
Bantuan ini sangat diapresiasi oleh Ketua Alumni PSBN, Andry
Yasmen Yoswel. Penyandang netra, yang mendapat gelar sarjana hukum dari UNPAD ini
mengatakan bahwa dia dan rekan sesama netra merasa diperhatikan dan dihargai.
Karena tongkat merupakan alat penting, ibarat mata bagi mereka.
Tongkat putih yang diberikan oleh Lions Club menurut Andry
amat membantu para netra. “Ringan dan sangat memudahkan bagi kami. Tongkat
mudah disimpan karena bisa dilipat,” kata instruktur pijat shiatsu di PSBN Tuah
Sakato itu.
Sementara Sekretaris YPPLB, Rita Bur, menyatakan Lions Club
banyak peran sosialnya terhadap para netra. Memang secara resmi keorganisasian
YPPLB baru pertama kali menerima bantuan, namun Pengurus Lions Club telah sering
berkunjung dan memberikan bantuan ke yayasan menyediakan pendidikan dan panti
bagi anak berkebutuhan khusus secara gratis sejak 1976 itu.
“Ada
42 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di YPPLB dan 16 anak netra yang
disekolahkan di sekolah umum (inklusi),” ujar Rita.
Baik Andry maupun Rita berharap agar semakin banyak yang
peduli dengan mereka yang berkebutuhan khusus ini. “Kami bahagia masih ada yang
peduli dengan kami. Kami tidak butuh dikasihani, hanya ingin dihargai. Minimal
jangan cap kami sebagai peminta-minta. Kami pun punya potensi yang bisa diasah
lewat pendidikan,” ujar Andry. (zulfadli)

0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya