Belasan orang dengan tongkat putih sibuk memukul-mukulkan tongkatnya ke depan dan ke samping. Mereka jadi pusat perhatian orang-orang yang beraktifitas di Pelabuhan Teluk Bayur, Rabu (29/5).
“Kami melakukan kunjungan ke Teluk Bayur ini dalam rangka memberikan ori entasi mobilitas kepada anak-anak,” ujar Nanan Supriatna, Kasi Orientasi Mobilitas (OM) di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato, Padang.
Menurut Nanan, Teluk bayur jadi pilihan karena ingin memberikan OM kepada peserta didik di PSBN pada tempat berbeda setiap tahunnya. Anak-anak dan para guru pun ingin melihat seperti apa perkembangan terkini di pelabuhan yang kenal dengan Emma van Heaven itu.
Mereka, kata Nanan, adalah siswa lanjutan yang akan menyelesaikan pendidikan di PSBN. “Mereka akan diterminasi atau siap dilepas untuk berinteraksi dengan masyarakat luas. Jumlahnya 18 orang,” kata Nanan.
Joni Akhyar, Kasi pada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Teluk Bayur (Kasop) mewakili Kepala Kasop, Capt. Jonggung Sitorus, menyambut gembira kedatangan anak-anak itu. Dia pun ikut mendampingi mereka ke pelabuhan, kendati kegiatannya cukup padat hari itu.
“Kita gembira mereka mau datang ke Teluk Bayur. Berarti mereka tahu dan peduli terhadap pelabuhan ini. Kami berusaha melayani mereka sebaik-baiknya karena penyandang cacat itu harus diutamakan. Begitu amanat undang-undang,” kata Joni.
Demi menjaga keselamatan, para penyandang cacat itu dibawa ke Dermaga Beton Umum yang tidak begitu padat aktivitasnya. “Ini berkaitan dengan kondisi Teluk Bayur saat ini yang harus taat pada International Seat Procedure Security (ISPS) Port,” ujarnya.
Sepintas ada diantara mereka yang seperti bisa melihat. Namun sebenarnya mereka mengalami low vision. Mereka hanya bisa melihat dalam kondisi terang, itu pun hanya beberapa puluh sentimeter.
“Kita tersentuh dibuatnya kala mereka mengetuk-ngetuk dinding kapal untuk mengenali apa yang ada di depan mereka. Bahkan ada yang berusaha menyentuh air dengan tongkatnya,” ujar Ali Mora, Staf Kasop yang ditugaskan Joni mengawal rom bongan PSBN lebih lanjut.
Saat anak-anak ingin ke Pantai Nirwana, para guru dan instruktur terpaksa menurut saja. Sebab, mereka pernah mendengar cerita tentang pantai itu.
Di Nirwana, mereka asyik menikmati suasana pantai di pondok-pondok di sepanjang pantai. Sebagiannya minta ditemani pemandunya main ombak. Suasana makin seru ketika Taufik dan Ermansyah bersikeras naik perahu.
Apalagi pemilik perahu pun mau memberi diskon. Harusnya Rp10.000 per orang. Untuk enam orang dia hanya mematok Rp40.000. Namun akhirnya perahu itu memuat delapan orang, lantaran enam siswa tersebut tidak mau terpisah perahunya.
Tak hanya itu, demi melihat kegembiraan para penyandang cacat netra itu, pemilik perahunya menambah putaran perahunya.
“Mereka begitu menikmati uang jerih payah mereka memberikan jasa pijat di KUBE milik PSBN dan tabungan dari uang saku bulan an mereka,” ujar Luki Oknevi, instruktur Braille yang ikut mendampingi naik perahu. (*)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya