Peningkatan minat konsumen berbelanja makanan khas Sumbar , membuat pengelola craft center mulai memberikan porsi lebih besar kepada sektor tersebut. Penempatannya, luas ruangan yang disediakan dan jumlah item oleh-oleh makanan khas itu pun terus bertambah.
“Kini di bawah pimpinan Nurna Eva Karmila, craft center mulai lebih fokus ke sektor makanan. Lebih banyak yang berbelanja makanan dibanding produk kerajinan. Lagipula, tiap orang yang datang selalu tanya makanan ini makanan itu,” ujar penanggung jawab barang craft centre, Lili Purnama Sari yang didampingi Sri Elvira, kasir, Kamis (4/7).
Keputusan itu diambil berdasarkan fakta banyak konsumen yang balik kanan saat melihat produk yang dipajang sedikit. Begitu juga saat makanan yang mereka cari tidak ada. Dari transaksi yang terjadi, produk makananlah frekuensi terbesar penjualan di craft center.
“Oleh karena itulah kami mulai berbenah. Pimpinan pun mendukung penuh. Akibatnya produk makanan yang dulu mungkin sekadar pelengkap, mulai bergeser jadi jualan utama. Craft pun dibuka hingga malam hari,” pungkas Aries Haryanto, marketing craft center.
Faktor gedung yang dipakai saat ini sebelumnya digunakan oleh Mahkota ikut memberi andil. Produsen kripik balado dan aneka makanan olahan khas Minang itu lumayan lama memanfaatkan gedung milik Pemerintah Provinsi Sumbar itu sebagai pusat pemasaran produk mereka. Itulah yang menyebabkan konsumen lebih banyak mencari oleh-oleh makanan khas.
Menurut Vira, saat ini tercatat 112 pelaku usaha yang pernah menitipkan produknya ke pusat oleh-oleh yang dikelola Dekranasda Sumbar. Total item produk yang dijual di sana sekitar 250 buah.
Peningkatan itu disebabkan mulai tumbuhnya kepercayaan konsumen ke craft center. Apalagi Aries Harianto yang memperkuat di bagian marketing sering mempromosikan keberadaan craft ke berbagai instansi/lembaga. Dia juga getol menjalin kerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah di Padang dan daerah lainnya untuk memasarkan produk mereka di craft center.
Namun, pelaku usaha yang terus mempercayakan pemasaran produknya ke craft center kurang dari 50-an. Hal ini, kata Lili mungkin disebabkan bahwa kurang lancarnya penjualan produk mereka di pusat pemasaran yang dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Sumbar itu dahulunya.
“Tahun ini, produsen makanan yang terus mempercayakan pemasaran produknya ke kami telah mulai merasakan manisnya. Malah ada yang terkejut begitu cepatnya kami minta tambahan kiriman barang,” tukuk Vira, panggilan Sri Elvira.
Barnel Kasyanti, produsen makanan olahan dari ubi ungu merek Nadya Saiyo, salah satu diantaranya. Menurut dia, sekarang penjualan stik ubi ungu, kue wijen ungu, kue bawang ungu dan lainnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dulu tiga bulan titip, baru ada tambahan permintaan produk, kini belum sebulan dia harus mengirim barang lagi.
Berdasarkan pantauan, craft center memang telah terlihat melakukan banyak pembenahan. Sektor makanan khas yang dulunya hanya menghiasi pojokan dalam gedung itu, kini mulai dipindah ke depan. Porsi tempat yang diberikan pun jauh lebih besar dan ditunjang penataan barang yang lebih baik. Kini, saat konsumen masuk ke Craft Center, di bagian kanan konsumen akan melihat aneka kerajinan dan bagian kiri terpajanglah produk makanan khas daerah ini. (zul)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya