Listrik mati saat pekerjaan yang butuh energi itu menumpuk, amatlah menyebalkan. Kondisi itu juga dirasakan oleh Azwir Dainy Tara. Selama 10 hari ini, anggota DPR tiga kali berturut-turut itu harus membiasakan diri dengan kondisi tersebut.“Pantas saja koran-koran di Sumbar banyak memuat keprihatinan hingga kekesalan terhadap kinerja PLN. Saat dibutuhkan malah dimatikan,” ujar Azwir Dainy Tara yang kembali dicalonkan partainya untuk bertarung di Pemilu 2014.
Menurut Azwir, segala bentuk kekesalan yang ditumpahkan masyarakat baik melalui pena wartawan, media sosial bahkan pengaduan langsung yang diterimanya memang wajar. Dia berharap warga tidak berburuk sangka terhadap PLN.
Azwir mengaku telah bertemu dengan Dirut PLN. Pertemuan tak sengaja itu digunakan ayahanda Yamin dan Mutia Tara itu untuk mengetahui duduk persoalan kelistrikan di Sumbar.
Dirut PLN yang menjadi mitra kerja Azwir di Komisi VII DPR, menyatakan, jajarannya telah berusaha sebaik mungkin untuk menghindari pemadaman bergilir. Namun pilihan itu harus dilakukan terkait berkurangnya pasokan listrik akibat beberapa pembangkit tidak bisa menghasilkan energi listrik secara optimal.
PLTA Agam, Singkarak hingga Koto Panjang mengalami penurunan permukaan yang cukup signifikan. Menyusul kondisi PLTU Sijantang yang turbinnya ada yang mengalami perbaikan akibat kualitas batubara yang dipasok kepada mereka kurang bagus.
Namun yang menggembirakan, Dirut PLN memberi kabar bahwa Oktober PLTU Teluk Sirih, insya Allah bisa dioperasionalkan. Saat ini pengerjaannya tengah dikebut.
Sekaitan adanya anggapan PLN menjual energi ke daerah lain, Azwir menampiknya. Sebab, sepengetahuan Azwir, interkoneksi dilakukan agar daerah di Sumatra bisa terlayani dengan baik oleh PLN. Bila Sumbar kekurangan energi akibat pembangkitnya tidak bekerja, maka daerah lain yang memasok listrik, begitu sebaliknya.
Azwir juga tidak setuju jika PT Semen Padang dan hotel-hotel diharuskan punya pembangkit sendiri. Hal tersebut akan mempertinggi biaya produksi mereka.
Dia mencontohkan bila PT Semen Padang diharuskan memakai pembangkit listrik tenaga diesel sendiri, berapa biaya yang mesti dikeluarkan untuk itu. Biaya tersebut tentu harus dikeluarkan dari hasil usaha pabrik tersebut. Ujung-ujungnya, biaya itu mesti ditanggung oleh negara.
Begitu juga dengan hotel. Kita harus apresiasi kemauan mereka berinvestasi di Sumbar. Ada PAD yang disumbangkannya. Selain itu banyak tenaga kerja yang diserap, dan banyak efek ekonomi lainnya dari kehadiran mereka.
Jika diharuskan pakai diesel sendiri akan semakin berat yang harus mereka investasikan. Berapa biaya yang mesti dikeluarkan untuk BBM yang digunakan untuk menggerakkan pembangkit tenaga diesel itu. Orang pun bakal takut berinvestasi di Sumbar. (zulfadli)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya