Kerukunan Usahawan Kecil dan Menengah Indonesia (KUKMI)
sosialisasikan teknologi pertanian yang hemat air. Teknologi yang bisa meredam pertikaian
antar petani yang dulunya sering berebut air buat mengairi sawahnya ini
dikenalkan KUKMI kepada kelompok tani dan UKM binaan KUKMI Sumbar. Sosialisasi
berlangsug di Hotel Inna Muara Padang, Kamis (16/5).
Menurut teknologi ini, padi lebih bagus ditanam di lahan
yang kurang air. Teknik penanaman pun harus dikelola dan dikendalikan. Kementerian
Riset dan teknologi bekerjasama dengan Universitas Padjajaran mengembangkan
teknik tanam padi di lahan yang minus air. Buktinya, di Nusa Tenggara yang
terkenal dengan daerah kering, padi sukses ditanam dengan teknik ini.
Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis
Organik (IPAT-BO) merupakan teknologi terkini yang telah sukses di ujicoba di tujuh provinsi oleh
guru besar UNPAD, Prof. Tualar Simarmata.
“Penelitiannya telah dilakukan sejak
2006 dan sejak 2008 telah menampakkan hasil. Bisa mencapai 9 ton per hektar,”
ujar Dosen UNPAD yang jadi asisten Tualizar dalam penelitian itu, Heri Muhammad
Syafari.
Menurut Heri, IPAT-BO merupakan solusi bagi daerah yang
kurang air dan susah mendapatkan pupuk. Petani, kata Heri tidak perlu
dipusingkan oleh kesulitan mendapatkan pupuk. Sebab sebenarnya mereka punya
‘pabrik pupuk’ sendiri. Berapa luas tanahnya, segitu pula luas pabrik yang dia
punyai. “Petani kita telah melakukan kekeliruan besar. Mereka punya lahan dan
bahan untuk pupuk, namun lebih memilih bersusah payah mendapatkan pupuk kimia,”
ujarnya. (*)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya