Dinas Koperasi UMKM Sumbar membawa dua pelaku usaha ke Bandung. Keduanya adalah Novatmi Nurwis (Vida Coklat/Sawahlunto) dan Farida Khairusman(Princess City/Agam). Mereka menjalani program magang di sana.
“Hari Rabu kami mengunjungi mengunjungi usaha Bolu Namina di kawasan perumahan Pasir Pogor Bandung dan JNC Cookies di Bojongkeneng,” ujar Novatmi Nurwis yang dibenarkan oleh Nur Ali Jondri, Kasi Kemitraan Dinas Koperasi UMKM Sumbar yang mendampingi kedua UMKM tersebut.
Menurut Jondri, bolu Namina merupakan usaha rumahan. Meski baru berumur dua tahun, mereka telah memakai sistem franchise. Perkembangan usaha yang cukup signifikan ini disebabkan mereka menyasar pasar yang strategis. “Mereka memakai tenaga SPG untuk mempromosikan kue bolu itu ke pertokoan, sekolah-sekolah hingga perkantoran. Bolu yang enak dan bertekstur lembut itu tanpa menggunakan pengawet dan tanpa pengembang,” ujar Jondri.
Yang menarik itu adalah perjuangan pelaku usahanya, Mutia Oktaviana. Agen gas yang harus menjual assetnya karena kalah bersaing di bidang pemasaran gas. Mutia memulai usaha dari nol. Namun berkat keuletan dan kecerdikan membaca peluang pasar membuat Bolu Namina mendulang sukses.
Mutia tak merahasiakan cara dia membuat bolu. Novatmi dan Farida ikut proses produksi dari awal hingga bolu siap disantap. Kenyataan itu membuat Novatmi kian bersemangat mengembangkan usahanya yang berbasis coklat. Apalagi Kamis (27/9) mereka berkunjung ke dua perusahaan yang menghasilkan aneka produk makanan berbahan coklat seperti C57 di Bandung dan Chocodut di Garut.
“Tak sabar rasanya untuk mempraktekkannya di Sawahlunto. Ternyata dengan memakai bahan-bahan berkualitas bahkan ada yang berlabel ISO, hasilnya lebih banyak. Selama ini kita takut memakainya lantaran mahal, sekarang bisa dicoba memakainya,” kata Novatmi.
Memang di JNC Cookies mereka tidak dapat praktek langsung, namun dari kunjungan ke sana Farida dan Novatmi bisa melihat bagaimana usaha kue keluarga itu memperhatikan higienitas produknya. Mereka berdua pun harus memakai baju khusus dan penutup kepala. (zulfadli)
“Hari Rabu kami mengunjungi mengunjungi usaha Bolu Namina di kawasan perumahan Pasir Pogor Bandung dan JNC Cookies di Bojongkeneng,” ujar Novatmi Nurwis yang dibenarkan oleh Nur Ali Jondri, Kasi Kemitraan Dinas Koperasi UMKM Sumbar yang mendampingi kedua UMKM tersebut.
Menurut Jondri, bolu Namina merupakan usaha rumahan. Meski baru berumur dua tahun, mereka telah memakai sistem franchise. Perkembangan usaha yang cukup signifikan ini disebabkan mereka menyasar pasar yang strategis. “Mereka memakai tenaga SPG untuk mempromosikan kue bolu itu ke pertokoan, sekolah-sekolah hingga perkantoran. Bolu yang enak dan bertekstur lembut itu tanpa menggunakan pengawet dan tanpa pengembang,” ujar Jondri.
Yang menarik itu adalah perjuangan pelaku usahanya, Mutia Oktaviana. Agen gas yang harus menjual assetnya karena kalah bersaing di bidang pemasaran gas. Mutia memulai usaha dari nol. Namun berkat keuletan dan kecerdikan membaca peluang pasar membuat Bolu Namina mendulang sukses.
Mutia tak merahasiakan cara dia membuat bolu. Novatmi dan Farida ikut proses produksi dari awal hingga bolu siap disantap. Kenyataan itu membuat Novatmi kian bersemangat mengembangkan usahanya yang berbasis coklat. Apalagi Kamis (27/9) mereka berkunjung ke dua perusahaan yang menghasilkan aneka produk makanan berbahan coklat seperti C57 di Bandung dan Chocodut di Garut.
“Tak sabar rasanya untuk mempraktekkannya di Sawahlunto. Ternyata dengan memakai bahan-bahan berkualitas bahkan ada yang berlabel ISO, hasilnya lebih banyak. Selama ini kita takut memakainya lantaran mahal, sekarang bisa dicoba memakainya,” kata Novatmi.
Memang di JNC Cookies mereka tidak dapat praktek langsung, namun dari kunjungan ke sana Farida dan Novatmi bisa melihat bagaimana usaha kue keluarga itu memperhatikan higienitas produknya. Mereka berdua pun harus memakai baju khusus dan penutup kepala. (zulfadli)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya