Headlines News :

Usaha Penuh Cinta Berbahan Perca

Written By zulfadli on Kamis, 02 Agustus 2012 | 22.06


Banyak cara untuk membuktikan cinta. Mengabadikannya lewat branded usaha pun ditempuh. Seperti yang dilakukan oleh pasangan Indra Sakti Nauli dan Helma Tuti.
Keduanya menjadikan tanggal pernikahan sebagai merek dagang bagi usaha asesoris rumah tangga yang terbuat dari bahan perca. Ada tutup kulkas, tutup galon, tutup magic com, tatakan gelas, alas panas, sapu tangan,  lap tangan gantung dan tutup tudung saji.

“Kami memberi merek 159Art bagi usaha ini. 159 berasal dari tanggal pernikahan, 15 September. Agar mudah mengingatkan kami kepada tangal sakral itu,” ujar Indra sambil tersenyum kepada Ema.

Dua tahun sudah menekuni usaha pembuatan asesoris dari bahan perca tersebut. Meski dari perca berkat ketekunan dan kreativitas Indra dan Ema, hasil padu padan guntingan sisa kain konveksi dari Agam itu terlihat manis dan menarik. Produk tersebut dibanderol dalam harga yang relatif terjangkau antara Rp15.000 hingga Rp50.000 per produk. Tak heran produk yang menyasar kalangan menengah atas ini laku keras di berbagai pameran yang diikuti.

Namun sayang, berbagai produk 159Art terpaksa dibuat dalam limited edition (edisi dan jumlah terbatas). Kendati laku sekalipun, tidak akan ada produk dengan bentuk dan motif yang sama.

“Kami mendapatkan bahan perca dari konveksi di Agam dan Bukittinggi. Biasanya mereka membeli kain berseri, jika kain itu habis maka bahan dan motif yang kami dapatkan akan berbeda pula,” ujar Tuti.

Tidak hanya itu, dalam proses pembuatannya, rasa cinta keduanya pun dilibatkan. Indra bertugas menggunting bahan-bahan menjadi berbentuk segitiga, segi empat dan sebagainya.

Ema yang melanjutkannya, menyusun guntingan aneka bentuk dan motif kain itu. Jiwa seni amat berperan dalam penyatuan berbagai bahan perca tersebut. Hal inilah yang menjadi penyebab 159Art sulit memrpoduksi dalam jumlah banyak. Akibatnya, sulit memenuhi permintaan yang kian hari kian banyak.

Tak jarang waktu sebulan dua bulan dihabiskan bagi pemenuhan stok barang yang akan dibawa ke ajang pameran. Apalagi dua tenaga kerja yang dimiliki lebih banyak bertugas menyambung bagian-bagian yang telah dipadu padan Ema.

“Sulit mencari tenaga jahit yang mumpuni saat ini. Meski diberi upah lebih tinggi dalam pembuatan produk kami. Di Bukittinggi, sekodi diberi upah antara Rp60.000-Rp70.000. Sementara 159Art sanggung memberi upah Rp10.000 per potong,” aku dara asal Sungai Puar itu.

Ema pun mengakui kesulitan memenuhi order bertambah lantaran dia dan suami bertambah pula tanggungjawab di kantor masing-masing. “Jika saya ngajar di di TK dan STKIP Adzkia, maka praktis baru sore atau malam bisa mengerjakan pesanan. Tapi kami telah dapat solusi buat mengatasi hal ini. Moga ke depannya 159Art akan berkembang dan menjadi trend setter asesoris rumah tangga,” kata Ema yang mengaku telah mulai menjahit sejak SD. (zulfadli)

(Diterbitkan Singgalang Edisi Kamis 2 Agustus 2012, halaman C-24)
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya


 
Support : Bisnis UKM | Kemenkop | Okebana RSS | Sentra UKM

Copyright © 2012. Okebana - All Rights Reserved
Template Dimodifikasi Oleh Zulfadli
Wartawan Harian Singgalang