| Jumat | 1 Juni 2012 |
Oleh : Suryadi Wizar,
Staf TPM, strategi
Pemeliharaan PT Semen Padang.
Kapan anda terakhir kali digigit semut api?... Mungkin sudah puluhan tahun yang lalu ya? Ketika berada di kampung halaman semasa kecil. Atau ketika sebagai pejabat anda sempat berkunjung ke sebuah daerah terisolir dan tentu saja hanya ketika kita berada di lapangan, ...di ruang terbuka. Saya tidak bermaksud 'menghidangkan' nostalgia masa kecil... Tetapi saya kemaren digigit puluhan semut api.
Tidak sengaja kemarin saya memarkir mobil di halaman rumah seorang teman
ternyata menggilas sarang semut api, persis di bawah roda depan sebelah kanan.
Waktu turun dari mobil tidak ada'protes' dari sang semut yang sampai kepada
saya.
Ok, tepatnya saya tidak mendengar teriakan
mereka. Tetapi ketika mau pulang, masyaAllah... kaki saya dikerubuti dan
digigit oleh puluhan semut yang 'marah besar'. Saya berjingkrak- jingkrak kesakitan.
Sakit sekali!
Sudah lama sekali saya tidak digigit semut api seperti itu. Karenanya, meskipun kaki saya terasa pedih, tapi terus terang ada perasan lain yang terselip dalam hati, mungkin semacam 'sebuah kerinduan'. Pikiran saya melayang, ketika di waktu kecil bersama teman-teman meneteskan plastik-plastik yang di bakar di ujung ranting ke atas sarang semut api. Asyik sekali melihat semut-semut tidak berdaya dan mati kepanasan. Astagfirullah. .. padahal Rasulullah SAW telah bersabda (kira-kira terjemahannya): "'Sesungguhnya tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Rabb Yang telah menciptakan api'," (Shahih, HR Abu Dawud [2657]).".
Saya hanya berdo'a semoga gigitan semut hari ini menebus kesalahan masa kecil saya itu. Tetapi ada satu hal yang membuat saya jadi takjub luar biasa. Bagaimana bisa semut-semut itu menggigit saya secara serentak sehingga saya benar-benar merasakan serbuan mereka? Sepertinya, begitu saya berdiri di depan mereka, secepat kilat mereka memanjat dan menempati posisi masing-masing. Tidak satupun dari mereka yang 'mendahului' penyerangan sampai timingnya pas, yaitu ketika saya telah mengangkat kaki saya ke dalam mobil.
Sudah lama sekali saya tidak digigit semut api seperti itu. Karenanya, meskipun kaki saya terasa pedih, tapi terus terang ada perasan lain yang terselip dalam hati, mungkin semacam 'sebuah kerinduan'. Pikiran saya melayang, ketika di waktu kecil bersama teman-teman meneteskan plastik-plastik yang di bakar di ujung ranting ke atas sarang semut api. Asyik sekali melihat semut-semut tidak berdaya dan mati kepanasan. Astagfirullah. .. padahal Rasulullah SAW telah bersabda (kira-kira terjemahannya): "'Sesungguhnya tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Rabb Yang telah menciptakan api'," (Shahih, HR Abu Dawud [2657]).".
Saya hanya berdo'a semoga gigitan semut hari ini menebus kesalahan masa kecil saya itu. Tetapi ada satu hal yang membuat saya jadi takjub luar biasa. Bagaimana bisa semut-semut itu menggigit saya secara serentak sehingga saya benar-benar merasakan serbuan mereka? Sepertinya, begitu saya berdiri di depan mereka, secepat kilat mereka memanjat dan menempati posisi masing-masing. Tidak satupun dari mereka yang 'mendahului' penyerangan sampai timingnya pas, yaitu ketika saya telah mengangkat kaki saya ke dalam mobil.
Lebih
kurang 5 detik saya berdiri membuka
kunci pintu lalu masuk ke dalam mobil.
Pada saat itu tidak mungkin lagi
mereka menambah pasukannya, maka dengan satu komando secara serentak
mereka melancarkan serangan. Sebuah kecerdasan yang luar biasa dari seekor
makhluk kecil. Seandainya mereka 'tidak sabaran' dan langsung menyerang ketika pertamakali
mendapati kaki saya niscaya saya segera akan lari dan mungkin hanya satu semut
yang sempat menggigit.
Subhanallah, pelajaran yang sangat berharga tentang banyak hal, soal Strategi, Timing, dan Kerjasama. Wallohu 'alam
Indarung, 31 Mei 2012
Subhanallah, pelajaran yang sangat berharga tentang banyak hal, soal Strategi, Timing, dan Kerjasama. Wallohu 'alam
Indarung, 31 Mei 2012
3 komentar :
mantap pak...
mantap pak...
"Subhanallah, pelajaran yang sangat berharga tentang banyak hal"
Semut api teh maksud na semut merah ya ?
Salam dari Bandung :)
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya