Pagi Rabu (8/5) Basko Grand Mall Basko belum buka. Serombongan orang bertongkat berkaus hijau toska dan celana/rok hitam terlihat menunggu di lobby mall itu. Ada saja tingkah mereka. Ada yang melipat tongkat, sibuk menggoda temannya seputar apa yang dibeli nanti. Ada juga yang sibuk bertanya kepada pemandu mereka. Para siswa dari Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang itu jadi pusat perhatian pengunjung mall yang berjubel di lobby menanti mall buka.
"Buk kita ada dimana, mengapa kita harus duduk-duduk dulu disini. Kita langsung masuk saja yuk buk?" kata salah seorang dari mereka kepada pemandu disampingnya. Terlihat sang pemandu dengan telaten memberi penjelasan kepada anak tadi. Sepertinya dia buta total.
Keresahan mereka kian menjadi ketika orang-orang yang menunggu mall tersebut buka mulai bergerak. Mungkin anak-anak itu mendengar derap sepatu mereka. Sedangkan Abdulah anak yang bertanya tadi masih belum menerima tanda dari pemandunya untuk bergerak.
Setelah mendengar pengumuman dari Sekuriti Grand Mall Basko boleh masuk, anggota rombongan itu bersorak gembira. Terpancar kegembiraan di wajah mereka. Begitu pula saat mereka mencoba naik eskalator. Entah apa yang mereka bayangkan saat tangga berjalan itu membawa mereka ke tingkat atas. Suasana ceria bertambah saat Abdul yang nyaris jatuh saat melangkahkan kaki ke eskalator tertawa senang. Dia hampir saja terlepas dari tangan pemandunya Mita Komala Sari, instruktur orientasi mobilitas (OM) dasar di PSBN. Untung saja instruktur lainnya dan petugas sekuriti mall sigap memegangi Abdul.
Sesampainya di lantai II, siswa-siswa PSBN terlihat sangat senang kala mendengar kata silakan masuk dari karyawan Matahari Department Store. Di sana mereka mulai sibuk memegangi produk yang dipajang. Karyawan-karyawati Matahai Department Store cukup welcome dengan kehadiran siswa PSBN di gerai mereka. Mereka layani siswa laiknya melayani konsumen biasa.
"Kami senang dengan kunjungan ini. Semoga para siswa penyandang cacat netra bisa juga merasakan suasana pusat perbelanjaan modern lewat indera mereka. Ini juga pembelajaran bagi karyawan kami dalam melayani orang-orang berkebutuhan khusus seperti siswa PSBN," ujar Customer Store Manager Matahari Department Store, Mentivia Susendra.
Fauzan Alfindo, penderita low vision, tercatat paling aktif mencoba baju dan celana. Terpaksa pemandunya, Luki Oknevi, bolak balik mengantarkan Fauzan menuju kamar pas. "Mereka yang dua belas orang ini termasuk 'siswa kaya' di PSBN. Mereka telah mendapatkan penghasilan dari jasa pijat di Kelompok Usaha Bersama (KUBE) milik PSBN. Mereka punya pelanggan sendiri-sendiri yang tak jarang memberi tips tambahan," ujar Luki. Kata Luki, dengan Rp25.000, pelanggan bisa dipijat lebih dari sejam. Pelanggan tinggal memilih di-message atau shiatsu.
Fauzan baru puas setelah mendapatkan baju yang cocok. Fauzan pun merasakan sensasi dilayani kasir dan mendapat potongan harga. "Setelah belanja Rp100.000 atau kelipatannya, dia berhak mendapat potongan harga kalau membeli produk yang tidak diskon," ujar karyawan Matahari Department Store, Yulhendra.
Setelah itu, Fauzan pun setengah memaksa untuk singgah di KFC. Dia ingin membeli es krim dan burger. Siswa yang terkenal hemat oleh warga PSBN itu juga belanja di JCo dan foodmart.
Sementara Jumardi, penderita buta total, awalnya berancar-ancar akan membeli buah dan makanan di Foodmart. Dia sebutkan apa saja yang akan dibeli. Dia terus mengingatkan instruktur OM tingkat lanjut, Eritrina Yolanda, pemandunya yang biasa dipanggil Yola. Dia sempat kecewa karena rombongan tidak jadi masuk ke Foodmart, lantaran batas waktu yang diberikan pihak pengelola mall hampir habis. Demi mengobati kekecewaanya, Yola berusaha mengalihkan Jumardi membeli JCo.
Lain halnya dengan Dodi Putra. Sebelum pulang, dia dan sejumlah rekannya memaksa Artina, Kasi Pelayanan PSBN, singgah di gerai JCo. Penderita low vision dari Pekanbaru ini amat gembira dengan acara orientasi keluar lingkungan panti ini. Selama ini mereka merasa terkungkung dan hanya mengenal panti dan lingkungan sekitarnya. Dia pun sepertinya tidak sabar menanti saat-saat bergabung ke tengah-tengah masyarakat dengan segenap keterampilan yang dikuasainya. (zulfadli)

0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya