Padang - Penyandang disabilitas netra yang dididik (kelayan) di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang dilatih untuk bertransaksi langsung dengan pasien yang menggunakan jasa pijat di Kube milik panti itu. Ini untuk membiasakan mereka saat menerima jasa pijatnya, karena hal tersebut nantinya akan mereka hadapi sendiri, terutama saat mebuka praktik pijat atau bekerja di klinik para seniornya.Seringkali mereka bertanya uang berapa yang diberikan pasien. Biasanya mereka percaya begitu saja dengan pernyataan pasiennya. Hanya saja, sesekali ada juga yang menerima uang tak sesuai dengan yang dikatakan pemakai jasa pijat mereka.
“Tampaknya sepele. Jumlah uang lebih kecil masih bisa ditolerir. Namun jika uang mereka tertukar dengan selembar kertas tidak bernilai alias palsu pasti lain ceritanya. Kita ingin mereka bisa tahu dan memberitahu sesama disabilitas lainnya dan alhamdulillah BI mau membantu,” ujar Kepala UPTD PSBN Tuah Sakato, Kamisar Kamus kepada Singgalang, Rabu (30/11).
Pria yang akrab dipanggil Can ini mengungkapkan kegembiraannya atas sambutan pihak Bank Indonesia Perwakilan Sumbar. Bank Indonesia mau memberikan sosialisasi dan pelatihan agar anak panti semakin lengkap keterampilan dan pengetahuannya sebelum dikembalikan ke orang tua/diterminasi pada Senin lalu.
Pengetahuan tentang keaslian uang sangat perlu. “Jangan sampai binaan kami menjadi lahan untuk pencucian uang palsu dari mereka yang tidak bertanggungjawab. Mereka pun tak bakal lagi dibohongi soal nominal uang jasa yang seharusnya mereka terima. Kami coba meminimalisir kemungkinan ini semampunya,” tegasnya.
Ahmad Ridwan dan Adrian Saputra dari BI menyatakan sosialisasi kepada disabilitas netra karena memang perdana mereka berikan, terutama setelah empat tahun mereka bergabung ke lembaga tersebut. Ahmad dan Adrian pun menyebutkan pihak BI berpikir sama, makanya permintaan pihak PSBN segera direalisasikan pimpinan.
Dalam pemaparannya, Ridwan menjelaskan, ada tiga cara untuk mengetahui keaslian uang rupiah. “Tekniknya dikenal dengan istilah 3D, yaitu dilihat, diraba dan diterawang,” ujarnya.
Menurut Ridwan, warna uang terlihat terang dan jelas. Tulisan sekecil apapun akan tetap terlihat terang dan jelas untuk kedua sisi mata uang rupiah. Tampak juga benang pengaman. Di benang pengaman terdapat pula tulisan BI sesuai nilai uangnya.
BI menerapkan color shifting pada perisai yang berisi logo BI. Ada perubahan warna yang tegas di sana. Gambar pahlawan dan gambar kesenian tradisional di bagian depan dan belakang juga jadi penanda.
Tanda untuk diterawang meliputi gambar saling isi (rectoverso) dari logo BI. Bila diterawang ke arah cahaya, logo yang bagian depan dan belakang yang kelihatan tak utuh akan menjadi logo BI yang utuh.
Gambar pahlawan di mata uang sangat simetris dan lukisannya sangat bagus. Pinggir wajah pahlawan relatif halus tapi jels dan tegas. Serta ada tanda air (watermark) di sana.
Hasil cetak akan terasa kasar apabila diraba. Rasa kasar terdapat pada nominal, tulisan di bawah nominal, lambang negara, gambar pahlawan, tulisan Bank Indonesia, tulisan negara kesatuan
Republik Indonesia. Bisa menjadi penanda bagi kaum disabilitas untuk mengetahui asli atau tidaknya uang kertas yang mereka terima.
Teknik meraba kurang bermanfaat bagi kaum disabilitas jika uang kertas tersebut telah lecek, kusam atau lusuh. Memang panjang dan lebar uang bisa membedakan uang. Ukurannya berbeda sekitar dua milimeter. (zul)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya