Penyandang cacat netra dari Panti Sosial Bina (PSBN) Tuah Sakato juga menjalani Pesantren Ramadhan. Kegiatan yang dibuka sejak 15 Juli itu diikuti 50 anak panti (kelayan) dan ditutup oleh Kepala UPTD PSBN Tuah Sakato, Heni Yunida, Kamis (1/8).
“Kita melaksanakan Pesantren Ramadhan sebagai dukungan terhadap program yang dicanangkan pemerintah Kota Padang. Di pesantren, kelayan berdiskusi dan mempraktikkan cara-cara yang diberikan narasumber dengan instrukturnya,” ujar Heni.
Menurut Heni, Pesantren Ramadhan bertujuan membekali para kelayan agar lebih menghayati kehidupan beragama yang lebih mendalam, baik teori maupun praktik secara berkesinambungan. Untuk itu, selama Ramadhan, pesantren dipusatkan di Mushalla As Salam di komplek PSBN.
Para kelayan diberi materi hafalan ayat-ayat pendek, teori dan praktik shalat, cara penyelenggaraan jenazah dan hafalan asmaul husna beserta pendalamannya. Untuk menyemangati mereka, khusus penyelenggaraan jenazah dan pidato ini dilombakan. Pemenangnya diberi hadiah.
Mereka yang telah pandai pidato atau ceramah, diberi kesempatan memberi kultum di masjid-masjid. Diantara kelayan yang jadi penceramah itu adalah Sukarman di Masjid Al Ikhlas Andalas, Mawardi di Masjid Raya Istiqamah Kalumbuk, Rizki Afrullah di Masjid Baitul Mukminin Bariang, Hermansyah di Masjid Kebenaran Anduring, Sari Darwas di Masjid Raya Tasykurun, Novianto di Masjid Raya Kalawi, dan Arnol di Masjid Raya Durian Tarung.
Tampilnya kelayan PSBN di masjid-masjid itu, jadi motivasi tersendiri bagi remaja dan aktivis masjid di tempat mereka berceramah. Para pengurus umumnya memberi pujian sambil mengingatkan para remaja yang mengikuti tarawih agar bisa menjadikan contoh kehidupan. Orang cacat saja bisa, kenapa yang lengkap inderanya tidak terpacu untuk bisa.
Dijelaskan Heni, penutupan pesantren tersebut sekaligus penutupan proses belajar mengajar di PSBN dalam rangka Idul Fitri 1434 H. Para kelayan harus dijemput orangtuanya agar bisa berlebaran bersama mereka di kampung.
Anak-anak ini tidak dibiarkan pulang dengan tangan hampa. Mereka dibekali beras, roti kaleng, mie instan, minyak goreng, gula pasir, minuman dan sarden.
“Itu diambilkan dari kompensasi biaya harian kelayan selama 10 hari meninggalkan panti yang merupakan dana APBD Dinas Sosial Provinsi Sumbar,” ujar Erma, Kasi Pelayanan, Perawatan, Pengawasan dan Pemeliharaan PSBN. (zul)
“Kita melaksanakan Pesantren Ramadhan sebagai dukungan terhadap program yang dicanangkan pemerintah Kota Padang. Di pesantren, kelayan berdiskusi dan mempraktikkan cara-cara yang diberikan narasumber dengan instrukturnya,” ujar Heni.
Menurut Heni, Pesantren Ramadhan bertujuan membekali para kelayan agar lebih menghayati kehidupan beragama yang lebih mendalam, baik teori maupun praktik secara berkesinambungan. Untuk itu, selama Ramadhan, pesantren dipusatkan di Mushalla As Salam di komplek PSBN.
Para kelayan diberi materi hafalan ayat-ayat pendek, teori dan praktik shalat, cara penyelenggaraan jenazah dan hafalan asmaul husna beserta pendalamannya. Untuk menyemangati mereka, khusus penyelenggaraan jenazah dan pidato ini dilombakan. Pemenangnya diberi hadiah.
Mereka yang telah pandai pidato atau ceramah, diberi kesempatan memberi kultum di masjid-masjid. Diantara kelayan yang jadi penceramah itu adalah Sukarman di Masjid Al Ikhlas Andalas, Mawardi di Masjid Raya Istiqamah Kalumbuk, Rizki Afrullah di Masjid Baitul Mukminin Bariang, Hermansyah di Masjid Kebenaran Anduring, Sari Darwas di Masjid Raya Tasykurun, Novianto di Masjid Raya Kalawi, dan Arnol di Masjid Raya Durian Tarung.
Tampilnya kelayan PSBN di masjid-masjid itu, jadi motivasi tersendiri bagi remaja dan aktivis masjid di tempat mereka berceramah. Para pengurus umumnya memberi pujian sambil mengingatkan para remaja yang mengikuti tarawih agar bisa menjadikan contoh kehidupan. Orang cacat saja bisa, kenapa yang lengkap inderanya tidak terpacu untuk bisa.
Dijelaskan Heni, penutupan pesantren tersebut sekaligus penutupan proses belajar mengajar di PSBN dalam rangka Idul Fitri 1434 H. Para kelayan harus dijemput orangtuanya agar bisa berlebaran bersama mereka di kampung.
Anak-anak ini tidak dibiarkan pulang dengan tangan hampa. Mereka dibekali beras, roti kaleng, mie instan, minyak goreng, gula pasir, minuman dan sarden.
“Itu diambilkan dari kompensasi biaya harian kelayan selama 10 hari meninggalkan panti yang merupakan dana APBD Dinas Sosial Provinsi Sumbar,” ujar Erma, Kasi Pelayanan, Perawatan, Pengawasan dan Pemeliharaan PSBN. (zul)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya