| Selasa | 3 April 2012 |
Dendang 15, termasuk acara unggulan di TVRI Sumbar. Sudah tiga tahun berturut-turut dendang 15 bertahan. Hingga menjadikannya acara terlama di TVRI Sumbar. Siapa sangka, orang di belakang layarnya adalah seorang guru di SMK 9 Padang, Hj. Fauriza.
Umbul-umbul laiknya orang pesta akan terlihat dari kejauhan. Begitu masuk, tamu diperlihatkan suasana orang minang baralek lengkap dengan musik tradisional minangnya. Di dalam rumah tirai dan pelaminan siap menanti tamu yang ingin berfoto dalam balutan pakaian penganten minang. Juru foto dan juru rias akan dengan senang hati melayani keinginan para tamu.
Dendang 15, termasuk acara unggulan di TVRI Sumbar. Sudah tiga tahun berturut-turut dendang 15 bertahan. Hingga menjadikannya acara terlama di TVRI Sumbar. Siapa sangka, orang di belakang layarnya adalah seorang guru di SMK 9 Padang, Hj. Fauriza.
Hj Fauriza berhasil mengemas Dendang 15 karena ia telah terbiasa mengelola acara seni. Bahkan cakupannya sudah mancanegara.
Awal 2000, Hj. Fauriza membawa misi budaya ke Kualalumpur, Malaka, Seremban, Negeri Sembilan dan Penang. Kesempatan itu juga digunakan untuk menjajaki kemungkinan siswanya bisa praktek kerja industri di Malaysia. Berkat kegigihannya, banyak siswa sekolahnya yang difasilitasi prakerin di Malaysia. Tak hanya itu, sejak 2003, banyak pula siswa SMK dari daerah lain di Indonesia yang berkesempatan prakerin dengan memanfaatkan hubungan baik Fauriza terhadap pihak terkait di Malaysia.
Pada tahun 2006, giliran Australia. Saat itu, perempuan yang mengaku telah berkesenian sejak kecil ini bersama siswanya ikut Tim Budaya Sumbar. Sambutan luar biasa benar-benar dirasakan ibu dua anak ini. Padahal saat itu ada peralatan musik yang terlupa dibawa ke lokasi acara. "Gendang Bali yang ada di sana, disulap jadi gendang tasa. Gendang Bali itu dililit dengan kain. Meski bunyinya tidak sama, improvisasi yang dilakukan siswa saya mampu juga menghipnotis penonton di sana," ujar Fauriza sambil tertawa.
Satu hal yang amat diidamkan oleh Majelis Kebudayaan Aisyiyah Sumbar ini; budaya tradisional Minangkabau mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saat ini, musik minang telah bergeser dari tracknya (alurnya). Orang Minang saat ini lebih suka musik modern. Jikalau pun ada yang suka musik tradisional, maka yang digandrunginya adalah musik minang moderen.
Keinginan perempuan yang pertama kali membawa murid TK manggung di hotel-hotel tersebut cukup beralasan. Setiap acara kesenian di luar negeri yang dia selenggarakan, Hj. Fauriza mendapatkan kenyataan bahwa musik minang tradisional lebih digemari. Bahkan kalau boleh dikatakan, ujar Fauriza, orang Minang di sana ‘lebih minang’ dari orang minang di Sumatera Barat.
Isteri H. Yunirman ini pun pernah disentil oleh seorang datuk di Malaysia, keturunan minang pemilik Sari Ratu Malaysia. Datuk tersebut memilah koleksi vcd musik minang yang diperlihatkan Fauriza. Tiap giliran musik minang moderen, datuk tersebut seperti kelihatan kesal. Dia seperti ingin membanting kaset vcd tersebut. "Ini bukan musik minang," katanya.
Selain itu, seringnya mengadakan lawatan keluar negeri, membuat Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMK 9 ini mendapat pengalaman berharga. Di Jepang atau negeri lain yang dia kunjungi, kepada wisatawan disuguhkan atraksi budaya lokal setempat. Wisatawan pun diberi kesempatan memakai atribut budaya lokal di sana dan difoto dengan pakaian adat negeri itu. "Kita dan orang-orang yang mencobanya toh bahagia, meski terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam untuk dapat menikmati ketradisionalan setempat," kata Fauriza.
Belajar dari pengalaman, Hj Fauriza pun ingin melakukan hal yang sama. Wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara bakal disuguhi tradisi minang.
Seperti beberapa waktu lalu, tamu dari Kelantan Malaysia menyambangi kediaman Fauriza. Fauriza mendekorasi rumah tinggalnya sedemikian rupa. Begitu memasuki rumah di kawasan Belanti Padang tersebut, tiap tamu dipastikan dapat merasakan suasana minangkabau yang kental.
Umbul-umbul laiknya orang pesta akan terlihat dari kejauhan. Begitu masuk, tamu diperlihatkan suasana orang minang baralek lengkap dengan musik tradisional minangnya. Di dalam rumah tirai dan pelaminan siap menanti tamu yang ingin berfoto dalam balutan pakaian penganten minang. Juru foto dan juru rias akan dengan senang hati melayani keinginan para tamu.
"Pada hakekatnya, kami dari Citra Kembara ingin memberikan suasana Semalam Di Ranah Minang kepada para tamu," kata perempuan yang akrab dipanggil Bunda ini penuh semangat.
Fauriza dibantu oleh team dendang 15 dan keluarga besarnya siap menyambut para tamu yang ingin merasakan Semalam di Ranah Minang. Rombongan siswa, guru dan kepala sekolah dari Kelantan Malaysia telah merasakan layanan prima yang diberikan Citra Kembara ini.
Disamping usaha berkesenian yang berkembang pesat saat ini, Hj. Fauriza pun telah melebarkan sayap usahanya sebagai even organizer, penyewaan tenda pelaminan dan catering. Semua jenis usaha tersebut di bawah payung Citra Kembara. Demi kepuasan konsumennya, Fauriza menggandeng rekan-rekan dari Himpunan Perias Tradisional Indonesia (HARPI) Melati Cabang Padang, di mana ia menjadi Sekretarisnya. (*)
Telah diterbitkan Singgalang edisi Minggu 1 April 2012.
Telah diterbitkan Singgalang edisi Minggu 1 April 2012.

0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya