“Beberapa dekade lalu, diantara 8 dari
10 khatib Jumat di Jakarta merupakan orang asal Sumatera Barat. Kini paling
banyak dua orang saja yang berasal dari Ranah Minang ini,” ujarnya.
Hal ini menunjukkan sekamin banyak
orang-orang dari luar Sumatera Barat yang dianggap lebih mampu menjadi khatib.
Namun bisa juga, orang-orang Minang yang mampu menjadi khatib itu sudah
berkurang jumlahnya. Bisa disebabkan kekurangan itu disebabkan lembaga yang
mampu menghadirkan khatib berkualitas yang semakin jarang. Bisa juga lantaran
orang yang mau jadi khatibnya yang berkurang.
“Ini tantangan bagi kita, terutama
Khatib Nagari dan Khatib Jumat dari Nagari Malai III Koto ini yang dikukuhkan
dalam alek nagari saat ini.
Keberadaan Khatib Nagari dan Khatib
Jumat penting artinya bagi suatu nagari. Dialah yang menjadi khatib tetap yang
dipercaya untuk memimpin ibadah Shalat Jumat. Tanpa khatib, Jumat bisa saja
tidak bisa dilaksanakan.
Ditegaskan Leonardy, jika ini yang
terjadi sunguh disayangkan. “Makanya perlu kita dorong agar Khatib Nagari dan
Khatib jumat di Nagari Malai III Koto ini untuk mulai mempersiapkan regenerasi
khatib. Mempersiapkan khatib yang akan menggantikan mereka nantinya,” harap
menantu Bupati Anas Malik yang sukses memimpin Padang Pariaman 1980-1990 lalu.
Dia menyarankan agar Azwirman S.Pd sebagai
Khatib Nagari dan Adriansyah sebagai Khatib Jumat di Malai III Koto melakukan
pembinaan-pembinaan terstruktur kepada anak-anak dan remaja di Malai III Koto.
Sebagai motivasi bagi anak-anak dan remaja tersebut bisa dilaksanakan lomba.
Apakah lomba pidato hingga lomba menjadi Khatib Jumat.
Khatib juga diwanti-wanti untuk
memberikan pembinaan Islam dan akhlak para generasi muda di nagari tersebut.
Pembinaan karakter ini pasti berat seiring gencarnya pengaruh negatif dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini.
“Tapi bagaimanapun
beratnya suatu tugas jika masyarakat nagari ikut serta dalam pembinaan itu,
pasti akan lebih mudah. Terlebih jika tiap keluarga di Malai III Koto
memanfaatkan waktu maghrib hingga pukul 21.00 WIB sebagai waktu berinteraksi
dengan anak-anaknya,” beber Pimpinan DPRD 2004-2014 itu.
Bantu Imam Khatib di nagari dalam
pembentukan karakter dan nilai-nilai keislaman anak nagari. Tugas mereka kini
menjadi sangat berat. “Semua pihak dalam nagari diharapkan mampu memainkan perannya
dalam menunjukkan keteladanan. Keteladanan yang baik diharapkan dapat membentuk
generasi minangkabau yang berbudi, bertekad kuat meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat serta menjadi rahmat bagi semesta alam,” ujar senator yang terkenal
aspiratif ini.
Pada kesempatan itu, Leonardy juga
menjelaskan tentang tugas DPD RI dan tugas Komite III yang dibidanginya. Dia
pun member sedikit pendidikan politik terkait pesta demokrasi pada 17 April
nanti. Terpenting dari itu adalah bagaimana menyikapinya tanpa harus memunculkan
pertikaian yang mengancam persatuan dan kesatuan di keluarga, nagari apalagi
dalam kehidupan berbangsa. (*)
0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya