| Rabu | 20 Maret 2013 |
Bencana demi bencana melanda Sumbar. Tahun 2009, gempa bumi yang meluluhlantakkan ranah Minang. Lalu bersambut dengan tangisan akibat tsunami Mentawai.
Bencana demi bencana melanda Sumbar. Tahun 2009, gempa bumi yang meluluhlantakkan ranah Minang. Lalu bersambut dengan tangisan akibat tsunami Mentawai.
Akhir 2011, bergayut duka akibat banjir bandang di Pesisir Selatan. Bencana
serupa menghantam Pasaman, Tanah Datar dan Padang. Sumbar berduka.
Rentetan bencana ini seolah mengisyaratkan bahwa Sumatra Barat
ditakdirkan hidup berdampingan dengan bencana. Ada yang datang karena ulah keangkuhan
manusia itu, ada juga yang datang diluar jangkauan manusia seperti gempa bumi
dan tsunami.
Sebagai insan yang menghuni negeri 1001 bencana ini, kita
tidak boleh pasrah dengan kenyataan. Kita harus siap siaga, paham dengan
bencana yang memang tidak bisa kita hindari. Senantiasa mengintai sementara
kita hanya bisa berupaya menimimalkan dampak kerugian akibat bencana tersebut.
Dalam rangka ikut menggencarkan upaya pemahaman tentang
bencana ini, LSM Banio menerbitkan buku
ini. Di dalamnya dikupas petaka yang terjadi di negeri ini, terkhusus Sumbar.
Juga dilengkapi dengan kisah korban bencana dan rentetan kejadiannya.
Buku ini ditulis oleh pemenang lomba kebencanaan tingkat nasional
dua kali berturut-turut, Effendi. Penulis yang juga wartawanSinggalang ini
dibantu oleh Edwardi yang juga langganan juara penulisan di tingkat nasional.
Juga ada Widya Navies, Gusti Ayu Gayatri dan Dedi Arfi Putra.
Mereka yang peduli terhadap bencana, tinggal di negeri
bencana wajib baca buku ini. Ayo buruan, jangan ketinggalan. Segera hubungi
Zulfadli (081270357094), Effendi (08126798531).

0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya