Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) harus dikembangkan terus dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Hal inilah yang melatarbelakangi H.M Azwir Dainy Tara begitu getol mengupayakan kegiatan-kegiatan berbasis Iptek di Sumatra Barat.
“Lewat Ipteklah kita tahu bahwa Sumbar ini merupakan daerah rawan gempa. Ada pertemuan lempeng di laut dan ada sesar semangko di daratannya. Ada pula gunung api. Dengan Iptek, kita mungkin bisa meminimalkan dampak bencana bagi masyarakat Sumbar,” ujar Azwir Dainy Tara.
Kepedulian Azwir terhadap daerah pemilihannya disebabkan fakta bahwa kita tahu di Sumbar ada daerah membahayakan, sedang dan daerah aman adalah dari teknologi yang kita miliki. Untuk itu, Iptek harus dikembangkan terus.
Azwir mengaku, dulu ia hanya diberi tahu oleh orangtuanya di Sumbar lebih cocok rumah kayu atau bambu. Rumah dari kayu itupun sambungan antara kayu memakai sistem pasak. Mereka belajar dari alam. Kondisi di Sumbar yang rawan gempa itulah yang mengilhami lahirnya rumah gadang.
Pria yang berencana mencalonkan diri jadi anggota legislatif lewat Dapil Sumbar II ini mencontohkan penerapan teknologi. Dalam membuat rumah, kita harus tahu di daerah itu rawan gempa atau tidak, strukturnya kuat tidak menahan beban bangunan, adakah bahan radioaktifnya
Untuk itu Azwir siap memperjuangkan anggaran bagi kegiatan riset dan teknologi di DPR. Sebab anggaran yang sekarang, Rp4 triliun, kurang memadai untuk pengembangan riset dan rekayasa teknologi bagi Kemenristek enam lembaga pemerintah non kementerian di bawahnya seperti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BSN (Badan Standar Nasional), BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), BAPETEN (Badan Pengawas Teknologi Nuklir Nasional), BIG (Badan Informasi dan Geospasial), BPPT (Badan Pengawas dan Pengembangan Teknologi).
“Harusnya Rp25 triliun. Kemenristek harus gigih membuat program yang dibutuhkan dan memperjuang anggarannya. Semua itu tentu harus didukung dengan alasan-alasan yang kuat” kata suami Inggit Sudarwo itu.
Sebagai anggota Komisi VII yang bermitra dengan Kementerian Riset dan Teknologi, Azwir berkesempatan luas memperjuangkan Sumbar mendapat perhatian di bidang riset dan teknologi. Sebagai bukti nyatanya, Azwir telah mampu meminta LIPI mengadakan Diseminasi Iptek di Payakumbuh (6 Juni 2012). LIPI pun bekerjasama dengan Unand mengembangkan prebiotik pakan yang berguna bagi petani ayam ternak.
Bapeten juga bersedia mengadakan sosialisasi di Padang awal September lalu (12/9). Sosialisasi tentang bahaya radioaktif perlu, mengingat banyak rumah sakit yang menggunakan peralatan berbahan radio aktif seperti rontgen, CT Scan, MRI dan lainnya. Peralatan ini harus standar dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli di bidang itu. Sebab bisa mengakibatkan kematian kalau terpapar radiasi berlebihan, minimal penyakit lainnya dirasakan beberapa tahun kemudian.
Pada awal Oktober ini, Azwir kembali berhasil menggandeng Kemenristek untuk memberikan bantuan tiga hand tractor kepada kelompok tani di Pesisir Selatan, 90 paket bantuan buat nelayan, bantuan buat panti asuhan.
Tak hanya itu, Kemenristek yang telah membuat MoU dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) juga memasyarakatkan iptek lewat alat peraga. Bantuan alat peraga tersebut diberikan kepada Rumah Pintar Perintis yang dibina oleh Tim Penggerak PKK bersama UPTD Arsip dan Pustaka Kabupaten Pesisir Selatan. Bantuan itu diserahkan oleh istri Menteri Riset dan Teknologi, Violetta Gusti Muhammad Hatta Puti Reno Ameh dalam sebuah acara silaturahmi di Pantai Carocok Painan, Kamis (4/10). (*)
“Lewat Ipteklah kita tahu bahwa Sumbar ini merupakan daerah rawan gempa. Ada pertemuan lempeng di laut dan ada sesar semangko di daratannya. Ada pula gunung api. Dengan Iptek, kita mungkin bisa meminimalkan dampak bencana bagi masyarakat Sumbar,” ujar Azwir Dainy Tara.
Kepedulian Azwir terhadap daerah pemilihannya disebabkan fakta bahwa kita tahu di Sumbar ada daerah membahayakan, sedang dan daerah aman adalah dari teknologi yang kita miliki. Untuk itu, Iptek harus dikembangkan terus.
Azwir mengaku, dulu ia hanya diberi tahu oleh orangtuanya di Sumbar lebih cocok rumah kayu atau bambu. Rumah dari kayu itupun sambungan antara kayu memakai sistem pasak. Mereka belajar dari alam. Kondisi di Sumbar yang rawan gempa itulah yang mengilhami lahirnya rumah gadang.
Pria yang berencana mencalonkan diri jadi anggota legislatif lewat Dapil Sumbar II ini mencontohkan penerapan teknologi. Dalam membuat rumah, kita harus tahu di daerah itu rawan gempa atau tidak, strukturnya kuat tidak menahan beban bangunan, adakah bahan radioaktifnya
Untuk itu Azwir siap memperjuangkan anggaran bagi kegiatan riset dan teknologi di DPR. Sebab anggaran yang sekarang, Rp4 triliun, kurang memadai untuk pengembangan riset dan rekayasa teknologi bagi Kemenristek enam lembaga pemerintah non kementerian di bawahnya seperti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BSN (Badan Standar Nasional), BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), BAPETEN (Badan Pengawas Teknologi Nuklir Nasional), BIG (Badan Informasi dan Geospasial), BPPT (Badan Pengawas dan Pengembangan Teknologi).
“Harusnya Rp25 triliun. Kemenristek harus gigih membuat program yang dibutuhkan dan memperjuang anggarannya. Semua itu tentu harus didukung dengan alasan-alasan yang kuat” kata suami Inggit Sudarwo itu.
Sebagai anggota Komisi VII yang bermitra dengan Kementerian Riset dan Teknologi, Azwir berkesempatan luas memperjuangkan Sumbar mendapat perhatian di bidang riset dan teknologi. Sebagai bukti nyatanya, Azwir telah mampu meminta LIPI mengadakan Diseminasi Iptek di Payakumbuh (6 Juni 2012). LIPI pun bekerjasama dengan Unand mengembangkan prebiotik pakan yang berguna bagi petani ayam ternak.
Bapeten juga bersedia mengadakan sosialisasi di Padang awal September lalu (12/9). Sosialisasi tentang bahaya radioaktif perlu, mengingat banyak rumah sakit yang menggunakan peralatan berbahan radio aktif seperti rontgen, CT Scan, MRI dan lainnya. Peralatan ini harus standar dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli di bidang itu. Sebab bisa mengakibatkan kematian kalau terpapar radiasi berlebihan, minimal penyakit lainnya dirasakan beberapa tahun kemudian.
Pada awal Oktober ini, Azwir kembali berhasil menggandeng Kemenristek untuk memberikan bantuan tiga hand tractor kepada kelompok tani di Pesisir Selatan, 90 paket bantuan buat nelayan, bantuan buat panti asuhan.
Tak hanya itu, Kemenristek yang telah membuat MoU dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) juga memasyarakatkan iptek lewat alat peraga. Bantuan alat peraga tersebut diberikan kepada Rumah Pintar Perintis yang dibina oleh Tim Penggerak PKK bersama UPTD Arsip dan Pustaka Kabupaten Pesisir Selatan. Bantuan itu diserahkan oleh istri Menteri Riset dan Teknologi, Violetta Gusti Muhammad Hatta Puti Reno Ameh dalam sebuah acara silaturahmi di Pantai Carocok Painan, Kamis (4/10). (*)

0 komentar :
Posting Komentar
Masukan Anda amat berarti untuk pengembangan web ini selanjutnya